Loading...
Sabtu, 09 Maret 2013

Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak - Semua orang tua tentunya menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi  yang baik, cerdas dan berkualitas. Hanya saja, dalam prosesnya tak bisa lepas dari peran seorang pendidik. Persoalannya, masih ada pendidik yang tidak menyadari betapa pentingnya arti pendidikan bagi anak. Selain itu, terkadang juga ada pendidik yang pengetahuannya cukup minim dalam memberikan pendidikan yang baik terhadap anak.

Padahal, berbicara tentang pendidikan pastinya ada suatu proses yang di dalamnya terdapat beberapa unsur. Dalam hal ini pendidik sebagai subyek, anak didik sebagai obyek, dan proses pendidikan sebagai predikatnya. Dalam konteks pendidikan, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap anak dari pada guru sekolah. Ini juga melihat, orang tua merupakan pendidik pertama yang ditemui anak sejak anak lahir. Serta, orang tua lah yang memiliki waktu mengawasi lebih lama di banding dengan pendidik di sekolah atau guru.

Seperti semboyan Depdiknas, yang berasal dari pemikiran seorang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang berbunyi, “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani“. Semboyan ini mengandung pengertian, saat di depan peran orang tua sebagai pendidik yaitu dengan memberi contoh atau suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Ketika orang tua berada di tengah anak-anak, orang tua membimbing dan membina mereka. Adapun ketika berada di belakang, orang tua mengikuti dan mengawasi anak-anaknya.

Allah Swt pun telah berfirman dalam dalam surat at-Tahrin ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Sebagian ulama salaf, seperti Ibnul Qayim, menafsirkan ayat tersebut perihal penekanan pada tugas orang tua untuk mengajar atau mendidik anak-anaknya

Ibnul Qayyim berkata mendidik dan mengajar anak adalah hal yang wajib, berdasarkan ayat ini, serta penafsiran ulama salaf terhadapnya. Yaitu mereka berkata, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-tahrim: 6), dengan maksud “Ajarkan dan didiklah mereka.”

Dengan demikian, baik dari sudut pandang agama ataupun pemerintah, tugas orang tua atas pendidikan bagi anak adalah suatu hal yang niscaya. Harapannya, anak bukan saja terhindar dari api neraka sebagaimana disampaikan dalam kitab suci, namun juga selama hidupnya dapat memberikan manfaat bagi nusa dan bangsa.

Adapun tanggung jawab orang tua di sini adalah, pertama, bertanggungjawab dalam mendidik atau memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lain di dalam kehidupannya. Kedua, memiliki tugas sebagai pemimpin keluarga untuk mengatur kehidupan anggota keluarganya. Ketiga, menjadi tauladan yang ideal. Keempat, mempunyai tanggungjawab di dalam kehidupan anggota keluarganya baik yang bersifat fisik dan materiil maupun mental spiritual. (Zakiah Darajat, 1987: 183)

Mendidik bukan Memaksa

Semboyan Depdiknas di atas, jauh sebelumnya juga telah disampaikan oleh penyair fenomenal Kahlil Gibran dengan syairnya yang cukup terkenal, yang mengisahkan ada seorang wanita mendekap anak-anaknya. Wanita itu berkata, “Putramu bukanlah putramu, mereka adalah putra-putri kehidupan yang mendambakan hidup mereka sendiri, mereka datang melalui kamu, tapi tidak dari kamu, dan sungguhpun bersamamu, mereka bukan milikmu.” Syair tersebut dilanjutkan, “Engkau adalah busur dari mana, bagaimana anak kehidupan putra putrimu melesat ke masa depan.“

Melalui syairnya ini, Kahlil Gibran bermaksud mengatakan apabila orang tua sebaiknya harus mengerti bahwa mendidik anak bukan berarti memaksakan kehendaknya pada anak, bukan juga berarti memaksakan kejiwaanya untuk mengikuti seperti orang tua. Karena jiwa atau bakat setiap orang belum tentu sama. Semisal orang tua yang seorang berjiwa seni belum tentu anaknya juga mempunyai jiwa atau bakat seni, karena bisa jadi bakat anak ada di bidang lain seperti olahraga, menulis, dan lainnya.

Anak tumbuh dan berkembang maju ke depan mengikuti kemajuan zaman, bukan mundur ke belakang. Oleh karena itu, orang tua mengikuti anak-anak dalam artian mendampinginya dalam proses pendidikan menuju kedewasaan. Orang tua sebagai busur, harus tepat mengarahkan anak panah menuju sasaran dengan tepat. Sehingga, perlu ada tiga syarat yang musti dipenuhi. Pertama, harus dilakukan dengan sengaja oleh orang dewasa. Kedua, musti ada tujuan yang akan dicapai. Adapun ketiga, objeknya adalah orang yang belum dewasa atau anak-anak. (Syafei, 2002: 7)

Unsur kesengajaan dalam pendidikan sebagai suatu tuntutan, dikarenakan tidak semua apa yang dilakukan oleh orang tua mengandung maksud edukasi. Niat pun menjadi keharusan. Sedangkan tujuan dari sebuah pendidikan itu sendir. Tujuan umum dari pendidikan menurut Syafei, (2002: 12) adalah kedewasaan anak. Sedangkan tujuan khusus dari pendidikan atau disebut juga pengkhususan tujuan umum timbul mengingat beragam faktor, dari jenis kelamin, pembawaan anak, usia, falsafah negara, kondisi bangsa, keadaan internal dan eksternal anak, dan lainnya. (Syafei, 2002: 13)

sumber : edukasi.kompasiana.com
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.
 
TOP